MONTANI PARA LIBERI

MONTANI PARA LIBERI

For the Mountaineers............!!!

"Mountain are cathedrals: grand and pure, the houses of my religion. I go to them as humans go to worship. From their lofty summits, I view my past, dream of the future, and with unusual acuity I am allowed to experience the present moment. My strength renewed, my vision cleared, in the mountains I celebrate creation. On each journey I am reborn." (ANATOLI BOUKREEV @ Above the Clouds)

Monday 13 September 2010

KETIKA BENCANA MELANDA

Semenjak Tanah Rencong Nanggroe Aceh Darussalam dilanda gempa bumi yang menimbulkan tsunami tanggal 26 Desember 2004 silam, sudah banyak bencana alam beruntun yang meluluh lantakkan Nusantara tercinta. Dan yang paling baru salah satunya adalah gempa yang menghoyak Ranah Minang tanggal 6 Maret 2007 lalu. Gempa yang sampai hari ini masih menyisakan banyak luka dan derita, serta setumpuk persoalan yang tak kunjung terselesaikan.

Hampir serupa seperti kejadian bencana yang lainnya, di minggu-minggu pertama hingga sekitar sebulan paska kejadian. Begitu banyak orang dari berbagai macam lembaga entah itu politik atau non politik, pemerintah atau non pemerintah, berduyun-duyun datang mengunjungi lokasi bencana walaupun terkadang hanya sekedar membawa sekardus indomie dan diiringi oleh sekelompok jurnalis cetak atau elektronik, yang kemudian akan membuat ekspose sedemikian rupa keruang-ruang publik di seantero negeri.

Begitu banyak janji-janji diobral untuk melipur lara masyarakat korban bencana yang notabene berharap akan dibantu. Tapi tak semua wisatawan bencana ini benar-benar menindak lanjuti janjinya tersebut. Hal ini kebanyakan disebabkan karena ketika mereka datang ke lokasi-lokasi bencana hanya demi kepentingan pamor semata. Entah itu pamor pribadi, perusahaan, instansi, organisasi dan partai. Sementara para korban terpaksa bertahan hidup dengan sejuta harapan utopis yang kadung beredar dari mulut juru bicara wisatawan bencana itu tadi.

Mungkin ada beberapa lembaga yang benar-benar bekerja setelah terlebih dahulu melakukan investigasi dilapangan atau yang lebih sering disebut dengan assessment. Dan mayoritas lembaga yang bekerja cepat dan terstruktur jelas ini berasal dari lembaga swadaya masyarakat atau NGO (non governmental organization) baik itu berskala nasional maupun internasional.

Ada yang menggelitik dan menusuk perasaan paling dalam ketika menyaksikan kepedihan dan derita para korban bencana gempa tersebut. Di satu sisi mereka berusaha untuk mempercayai janji-janji semu yang telah diterima, tapi disisi lain berkat informasi yang semakin lancar mereka selalu bertanya kapan janji tersebut akan terealisasi dikampung, nagari mereka. Sembari berkisah mengenai parasaian mereka sesudah gempa melanda, tak lupa pula mereka mengkritisi pemerintah yang dinilai tak peduli terhadap nasib rakyatnya yang tengah marasai.

Terngiang-ngiang ditelinga tentang sebuah dictum politik yang sering diulang-ulang seorang kawan aktifis pergerakan mahasiswa sembilan tahun silam. “Ketika pemerintah kuat maka rakyat akan lemah , sebaliknya ketika pemerintah lemah maka rakyat akan kuat”. Apakah dictum ini bisa diuji di zaman penuh bencana sekarang ??? Wallahualam, saya tak pernah berminat untuk mengujinya karena saya bukan akademisi ataupun peneliti dari lembaga ilmiah tertentu.

Saya bahkan tak begitu yakin apakah penanganan bencana membutuhkan dimensi politik dan orang-orang yang berpolitik dalam menanggulangi bencana. Dalam pemahaman sempit ruang otak saya, yang terbiasa memerintah saya melanglang buana kesana-kemari untuk membantu korban bencana semampu yang saya bisa sebagai rakyat biasa, bahwa yang dibutuhkan segera para pengungsi korban bencana itu biasanya adalah pengobatan gawat darurat, obat-obatan, makanan dan minuman terutama yang cepat saji, pakaian, selimut, shelter sementara entah itu berupa terpal plastik seadanya atau tenda berframe alumunium mahal buatan luar negeri, air bersih dan sanitasi pada tahap emergency.

Berikutnya adalah post disaster trauma counseling (penyuluhan trauma paska bencana) perbaikan rumah tinggal, perbaikan nafkah atau perekonomian, perbaikan fasilitas publik seperti sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan pada tahap reconstruction and recovery. Mereka sama sekali tak butuh jargon-jargon politik dan partai-partai politik , apalagi orang-orang atau institusi yang menjadikan penanganan bencana sebagai komoditas politik. Sama sekali tak butuh !!!

Tapi aneh bin ajaib, sepengetahuan saya selama berada di lokasi pengungsian bencana di berbagai tempat berbeda. Selalu saja politik dan manusia-manusia politik bermain cantik mengambil keuntungan ganda dari penanganan bencana. Lalu sampai kapan negara dan bangsa ini akan memetik pelajaran berharga dari deritanya sendiri ???

Apakah kita akan menyerah pada kenyataan bahwa rakyat kita adalah rakyat yang lemah, karena demi beberapa bungkus mie dan beberapa kilogram beras, mereka sanggup saling baku hantam dengan sesamanya atau terkadang menjarahi dengan beringas barang bantuan yang tidak diperuntukkan buat mereka.

Apakah kita akan menyerah pada kenyataan bahwa terkadang pemerintah kita adalah pemerintah yang lemah, karena tak mampu mengurusi nasib rakyat sendiri yang terlunta-lunta di bawah tenda-tenda darurat. Beruntung bisa tertutupi oleh kesigapan lembaga-lembaga internasional yang terkadang juga tidak tulus dalam memberikan bantuan alias membawa agenda terselubung yang kita tidak pernah tahu maksud dan tujuan sebenarnya.

“PATRIA ES HUMANIDAD” tulis seorang pengarang pada halaman muka sebuah novel yang mengisahkan perjuangan seorang dokter petualang di sebuah negara miskin di Amerika Selatan. Artinya kurang lebih adalah “satu-satunya kebangsaan adalah kemanusiaan”. Mungkin tafsiran sederhana dari kalimat ini adalah bahwa orang tidak memandang perbedaan agama, ras, kebangsaan dan keyakinan politik untuk melakukan tindakan kemanusiaan. Menolong manusia-manusia yang sedang membutuhkan uluran tangan saudaranya, manusia lain yang lebih mampu. Tapi apakah adagium ini berlaku juga bagi manusia-manusia atau institusi-institusi yang datang dengan topeng-topeng politik???

Saya tidak ingin membuat tuduhan sepihak, namun kenyataan-kenyataan yang terjadi dilapangan sudah cukup membuat saya mafhum akan jawabnya.
Jangankan untuk melakukan tindakan kemanusiaan bagi manusia lain yang berbeda kebangsaannya, untuk bangsa sendiripun hingga hari ini kita, termasuk saya juga barangkali, tak pernah benar-benar tulus dan becus dalam memberi bantuan.
Lalu bagaimanakah dengan anda sekalian, wahai saudara-saudara yang mengaku sebangsa dan setanah air???

Di pinggang sebuah gunung, dipagi hari tujuh belas Agustus yang lalu, ketika merah putih melambai-lambai di tengah parade perayaan kemerdekaan negeri ini, ketika ratusan pemuda petualang dan pengembara sahabat saya mengibarkan bendera merah putih raksasa berukuran tujuh belas kali delapan meter di puncak gunung itu.

Ketika ratusan keluarga korban gempa bumi bulan Maret lalu juga merayakan kemerdekaan sembari terus memendam tanya “Kapan bantuan perbaikan rumah dari pemerintah akan segera tiba?”. Saya sempat tercenung, bertanya-tanya sendiri dalam hati dan jikalau boleh saya juga ingin menanyakannya kepada saudara-saudara sebangsa setanah air yang lainnya melalui tulisan ini.

"Masihkah kita menjadi manusia yang punya rasa kemanusiaan?" Ketika kita tergolek nyenyak dirumah kita masing-masing yang nyaman, ternyata masih banyak manusia lainnya yang tinggal digubuk-gubuk sementara seadanya, berbalut panas menyengat disiang hari dan berselubung dingin menggigit ketika malam menjelang.

"Masihkah kita menjadi bangsa yang punya kebangsaan?" Ketika bule-bule berambut jagung, bermata biru, berseliweran keluar masuk kampung menangani pengungsi korban bencana, sementara kita berleha-leha di café-café, mall-mall megah berpendingin udara sambil menyantap makanan siap saji gaya Amerika.

PATRIA ES HUMANIDAD, satu-satunya kebangsaan adalah kemanusiaan, lalu bagaimana dengan manusia yang hanya bisa bicara saja ketika bencana melanda negerinya, apakah ia punya kebangsaan? dan bagaimana nasib bangsa yang dipimpin oleh manusia yang hanya bisa bicara saja ketika bencana melanda negerinya? apakah pemimpin bangsa itu punya kemanusiaan dalam dirinya? Masihkah kita sebuah bangsa yang berkemanusiaan? Masihkah kita manusia yang berkebangsaan ?

=============================================

Ditulis pada dini hari tanggal 12 September 2007, ketika pada pukul 18.10 WIB gempa berkekuatan 7,9 SR kembali memporak-porandakan Bengkulu dan Sumatera Barat.

Fordern Sie ein Reisender

Mein Herr ................................
Wenn ich fragen darf
gib mir einen gesunden Körper,
immer wandern
an jeden Ort, jedes Mal,
Um den menschlichen Durst
Lebensfreude

Mein Herr ................................
Wenn ich fragen darf
Gib mir einfach eine starke Seele
so dass jeder pengembaraanku
Ich kann zufrieden sein Durst
anderen Menschen
sind auch berechtigt,
Lebensfreude, die Sie gaben

Mein Herr ................................
Wenn ich fragen darf
Gib mir eine kluge Gedanken
Unabhängigkeit und freie
ernst
Ich dachte über die Freuden des Lebens
als einen Mann, den du gegeben hast
mir und anderen Menschen
so kann ich tun, um
Living das gute Leben und andere Menschen
diesem Tage an bis zum Ende meines Lebens
unberührt von allem und jedem
außer dir und mir


GOD ............................................
Wenn ich fragen darf
hoffentlich mit einem Hauch von meinen guten Taten
auf andere Menschen ....................................
Grill kann in Knoten vergrößern
Güte des menschlichen Lebens!


GOTT DANKE ...........................!!!

Sunday 12 September 2010



Nan mudo pambimbiang dunie
Nan capek kaki nan ringan tangan
Capek kaki indak panaruang
Ringan tangan indak pamacah
aso tarantang duo sudah
Nan bahati suci bamuko janiah
Acang-acang dalam nagari
Elok tapian dek urang mudo

Baumue satahun jaguang
Badarah satampuak pinang
Tinggi tabao dek rueh
Gadang tabao dek dagiang
gapuak tabao dek lamak

Bak gadih jolong basubang
Bak bujang jolong bakarih
Dikacak langan lah bak langan
Dikacak batih lah bak batih

alun dipanjak asok kumayan
Bapaham bak gatah caie
Bak kambiang hargo duo kupang
Bak kambiang baharago tigo tali

Gadang hak dilamhuak
Tinggi bak dianjuang
Bak padi disiang duo kali
Bak jaguang baumue tangah duo bulan
Lah tuo pado kakak
Lah cadiak pado mamak

Baranang itiak dalam rawang
Di bawah tabek nan bagauang
Sapantun bujang mangapalang
dima tagak kumari cangguang

Diliek pulo nan gadih-gadih
Rintang manjaik jo manyulam
Bunyi galak badarai-darai
ado bagarah bakucindan
Maklum anak mudo-mudo

Digilo gurau samo gadang
Hari lah habih dek kucikak
Hati gabuak pikiran sanang
Alun ado bahati susah

Katiko bungo sadang kambang
Banyaklah kumbang nan ka inggok
Hati-hati manjago diri
Jan tacurah bak katidiang
Jan baserak bak anjalai
Sio-sio utang tumbuah
Galuik kok jadi pacakak-an

Kok basuo jodoh nan sasuai
Ka jadi subang jo galang
Naknyo canggiah di kalingkiang

Karatau madang di hulu
Babuah babungo balun
Marantau bujang daulu
Di rumah baguno balun

Kok mati bujang di rantau
Hujan di langik mamandikan
langau hijau nan kamanjanguak

==========================
Disadur dari buku "Kato Pusako"

THE ANGEL

Once upon a time there was a child ready to be born. One day the child asked God, “They tell me you are going to send me to earth tomorrow but how am I going to live there being so small and helpless?” God replied, “Among the many angels I have chosen one for you. She will be waiting for you and will take care of you.”

Said child, “But tell me here in Heaven I don’t do anything else but sing and smile. That’s what I need to be happy!” God replied, “Your angel will sing for you every day. And you will feel your angel’s love and be happy.”

And, said the child, “How am I going to be able to understand when people talk to me, if I don’t know the language that men talk?” “That’s easy”, God said, “Your angel will tell you the most beautiful and sweet words you will ever hear, and with much patience and care, your angel will teach you how to speak.” The child looked up at God saying, “And what am I going to do when I want to talk to you?” God smiled at the child saying, “Your angel will teach you how to pray.”

The child said, “I’ve heard on earth there are bad men. Who will protect me?” God replied, “Your angel will defend you, even if it means risking life!” The child looked sad, saying, “But I will always be sad because I will not see you anymore.” God replied, “Your angel will always talk to you about me and will teach you the way to come back to me, even though I will always be next to you.” At that moment there was much peace in Heaven, but voices from earth could already be heard.

The child in a hurry, asked softly, “Oh God, if I am about to leave now please tell me my angel’s name!” God replied, your angel’s name is of no importance… you will simply call her MOTHER!

Copied from My Brothers Blog (hukmi99.blogspot.com)

Im so sorry cant stay @ Home for a long time, Just take cares of Our Mom !!!
I have dreams and duties to accomplish, I believe U will understand !!!

Wednesday 8 September 2010

PERMOHONAN SEORANG PENGEMBARA

TUHAN ku................................
jikalau boleh aku memohon
berikanlah aku raga yang sehat,
untuk selalu mengembara
ke setiap tempat, setiap waktu
demi memuaskan dahagaku sebagai manusia
akan kenikmatan kehidupan

TUHAN ku................................
jikalau boleh aku memohon
berikanlah aku jiwa yang kuat
agar disetiap pengembaraanku
aku bisa menjadi pemuas dahaga
manusia-manusia lainnya
yang juga berhak atas
kenikmatan kehidupan yang Engkau berikan

TUHAN ku................................
jikalau boleh aku memohon
berikanlah aku pikiran-pikiran yang bijak
dan bebas merdeka
agar dapat dengan sungguh-sungguh
aku merenungkan kenikmatan kehidupan
sebagai manusia, yang telah Engkau berikan
padaku dan manusia-manusia lainnya
sehingga dapat aku berbuat untuk
kebaikan hidupku dan hidup manusia-manusia lainnya
hari ini dan seterusnya sampai akhir hidupku
tanpa terpengaruh oleh apapun dan siapapun
kecuali diri-MU dan diriku sendiri

TUHAN............................................
jikalau boleh aku memohon
semoga dengan setitik perbuatan baikku
pada manusia lain....................................
dapat memperbesar anyaman simpul
kebaikan kehidupan kemanusiaan !!!


TERIMA KASIH TUHAN...........................!!!

Tuesday 7 September 2010

EVEREST MAPS from www.classic.mountainzone.com

MAPS & ROUTES
Map of Khumbu Valley showing the southern approach to Everest

EVEREST MAPS from www.classic.mountainzone.com

MAPS & ROUTES
The South Col Route on Everest showing camps

EVEREST MAPS from www.classic.mountainzone.com

MAPS & ROUTES
Summit Route on the Southeast Ridge of Everest

From www.mnteverest.net/history

MOUNT EVEREST HISTORY/FACTS:


EVEREST FACTS
Age of Everest:
Everest was formed about 60 million years ago
Elevation:
29,035 (8850m)-found to be 6' higher in 1999
Name in Nepal:
Sagarmatha (means: goddess of the sky)
In Tibet:
Chomolungma: (means: mother goddess of the universe)
Named after:
Sir George Everest in 1865 ,the British surveyor-general of India. Once known as Peak 15
Location:
Latitude 27° 59' N.....Longitude 86° 56' E It's summit ridge seperates Nepal and Tibet
First Ascent:
May 29,1953 by Sir Edmund Hillary, NZ and Tenzing Norgay, NP, via the South Col Route
First Solo Ascent:
Aug. 20,1980, Reinhold Messner, IT, via the NE Ridge to North Face
First winter Ascent:
Feb. 17,1980 -L.Cichy and K. Wielicki, POL
First Ascent by an American:
May 1,1963, James Whittaker, via the South-Col
Mt. Everest rises a few milimeters each year due to geological forces
Everest Name:
Sir George Everest was the first person to record the height and location of Mt. Everest, this is where Mt."Everest" got its name from(In american language)
First Ascent by a Woman:
May 16,1975, Junko Tabei, JAP, via the South-Col
First Ascent by an American Woman:
Sep.29,1988, Stacey Allison, Portland, OR via the South-East Ridge
First Oxygenless Ascent:
May 8, 1978- Reinhold Messner, IT, and Peter Habeler, AUT, via the South-East Ridge
First woman to reach the summit of Mount Everest from both north & south sides:
Cathy O'Dowd (S.A.) South May 25,1996/North '99
Fastest Ascent from South:
Babu Chhiri Sherpa 34, NP-16 hours and 56 minutes (5-21-2000)
Fastest Ascent (north side):
Hans Kammerlander (IT) May,24,1996, via the standard North Col Ridge Route, 16 hours 45 minutes from base camp
Youngest person:
Temba Tsheri (NP) 15 on May,22,2001
Oldest Person:
Sherman Bull May,25,2001 -64 yrs
First Legally Blind Person:
Erik Weihenmeyer May,25,2001
Most Ascents:
Eleven, 24th May 2000 Appa Sherpa became the first person to climb Everest 11 times-Ten, Ang Rita Sherpa, Babu Chiri Sherpa all ascents were oxygen-less.
Best and Worst Years on Everest:
1993, 129 summitted and eight died (a ratio of 16:1); in 1996, 98 summitted and 15 died (a ratio of 6½:1)
Highest cause cause of death:
Avalanches-about a (2:1) ratio over falls
Country with most deaths on mountain:
Nepal-46
Most dangerous area on mountain:
Khumbu Ice Fall-19 deaths
First ski descent:
Davo Karnicar (Slovenia) 10-7-2000
Last year without ascent:
1974
Last year without ascent:
1977
Corpses remaining on Everest:
about 120
Longest stay on top:
Babu Chiri Sherpa stayed at the summit full 21 hours and a half
Largest team:
In 1975, China tackled Everest with a 410-member team.
Fastest descent:
In 1988, Jean-Marc Boivin of France descended from the top in just 11 minutes, paragliding.
Only climber to climb all 4 sides of Everest:
Kushang Sherpa, now an instructor with Himlayan Mountaineering Institute
First person to hike from sea level to summit, no oxygen.:
11th May 1990,Tim Macartney-Snape, Australian
Largest number to reach the top in one day:
40, on May 10, 1993
First person to summit Everest twice:
Nawang Gombu-Nepal(once with Whitaker in '63,and again two years later in '65)Gombu now works for the Himalayan mountaineering institute
The oldest woman to summit
Anna Czerwinska May 22, 2000.

Everest: Return to Everest - National Geographic

Everest: Return to Everest - National Geographic

Sunday 5 September 2010

Kau sudah menyakiti ku..........................!!!

Tahukah kau, kau sudah menyakitiku ?
Dan aku benar-benar marah kali ini !
Lima tahun yg lalu kau juga menyakitiku untuk pertamakali, walaupun rasanya benar-benar menyakitkan saat itu, tapi aku masih bisa memaafkanmu. Karena aku juga mencoba memahami segala penyebabnya. Bertahun-tahun aku lewati dengan kesabaran, dan aku tak pernah berubah sejengkalpun dari rasa sayangku padamu. Aku hadapi semua pedih, perihnya luka, sendiri dalam kesepian yg tak terhingga. Aku tabahkan jiwaku untuk terus berjalan maju, mengejar impian.


Tahun demi tahun berlalu, dan akhirnya Tuhan mempertemukan kita kembali. Aku beri kau seluruh rasa sayang dan cintaku yg tak pernah berubah. Walaupun engkau telah mencederainya dan aku berusaha memahami itu bukan sepenuhnya kesalahanmu. Aku coba menunjukkan padamu tentang sebuah kesungguhan mencintai. Dan aku tak pernah bermain-main dari pertama kali kita bertemu.


Engkaupun memberiku kesempatan dan harapan, walau banyak rintangan tapi aku tak peduli. Karena aku memang bersungguh-sungguh ! Semua olok-olok tentang kita aku tanggapi dengan acuh saja, karena tokh aku pikir kita yg menjalani semuanya, bukan orang-orang yg hanya bisa berolok-olok !
Tahukah engkau ? terkadang aku sedih, marah dan sakit ketika soal kita dijadikan topik olok-olok oleh siapapun. Tapi aku menerimanya dengan sabar, tak perlu ditanggapi karena mereka semua tak mengerti apa yg aku dan kau alami, apa yg kita hadapi...................................................................................!


Lalu engkaupun pergi, terbang mengejar impianmu. Dan semua harus berakhir seketika tanpa makna. Sirna semua kesabaran, penantian dan ketabahan yg aku bangun bertahun-tahun dalam perihnya luka dan sepi.............................!


Tapi kali ini kau tak hanya sekedar menyakitiku sekali lagi, kali ini kau membuatku marah ! Benar-benar MARAH !!! Berulangkali aku yakinkan diriku bahwa kau tidak bersalah dan tak perlu dibenci, berulangkali aku redam rasa sesal dan kecewaku yg berdentang-dentang lantang setiap menit dalam relung jiwa. Berulangkali aku sibuk berperang dengan hati kecilku "LUPAKAN.......LUPAKAN..........sudah LUPAKAN saja !!!" dirimu.


Dan ternyata kau memang benar-benar membuatku MARAH !!!

You are FORGOTTEN now from My Life but NOT FORGIVEN from My Heart !!!


Kau menyakitiku, aku bisa maafkan. Kau menyakitiku lagi, aku kembali maafkan. Tapi ketika kau membuatku marah dan menyinggung harga diriku, kau harus berhati-hati ! Dan aku tak pernah main-main ! Ingatlah itu selalu !!!





Saturday 4 September 2010

Kita tak mesti berperang, tapi bukan berarti kita harus diam saja ketika kehormatan dan kewibawaan sebagai Bangsa dan Negara yg berdaulat sudah dirobek-robek oleh negeri tetangga yg mengaku serumpun dengan Bangsa ini.
Bukan hanya sekali dua kali kehormatan dan kewibawaan kita sebagai Bangsa dan Negara dicederai. Tak seorang dua rakyat kita yg notabene pahlawan devisa, jadi korban perlakuan semena-mena di negeri jiran itu. Sabar dan santun memang sikap yg mulia, tapi ada batasnya ! Ketika kehormatan dan kewibawaan sebagai Bangsa dan Negara telah diinjak berkali-kali, semestinyalah kita memberi peringatan keras kepada sang tetangga yg arogan.
Bangsa ini sedang sekarat, pemimpin-pemimpin berhati lemah duduk jadi pengendali Negara. Jangankan untuk memperjuangkan nasib rakyatnya yg teraniaya di negeri jiran. Mengembalikan aparat negara yg ditangkap dan mendapat perlakuan semena-mena ketika sedang menjalankan tugaspun, pimpinan negara ini harus mengalah.Menukar para punggawa negara yg ditangkap dengan maling-maling ikan dari negeri jiran adalah hal yg sungguh memalukan. Benar-benar tak mencerminkan wibawa dan kehormatan dari sebuah negara yg merdeka serta berdaulat.

Perang memang tak perlu !!! Karena korban sia-sia akan berjatuhan, perekonomian negara akan tambah memburuk. Dan pihak ketiga dalam hal ini negara-negara kapitalis-imperialis semacam Amerika dan Inggris akan ikut campur, lalu memetik keuntungan dari konflik yg memang mungkin mereka harapkan. Dalam keadaan damai seperti sekarang saja, para pemimpin negara ini sudah tak mampu melindungi harkat dan martabat bangsanya. Apalagi nanti dalam suasana kacau akibat perang dengan negeri jiran yg arogan itu.

TIDAK MUDAH

Tidak mudah memang untuk menunjukkan bahwa kita menyayangi dan mencintai. Entah itu keluarga kita, kedua orang tua yg telah membesarkan kita dengan susah payah. Kakak dan adik yg selalu merindukan kita. Teman-teman yg selalu meperhatikan kita. Lawan jenis yg kita harapkan untuk saling memahami kekurangan dan kelebihan. Berbagi kebahagiaan dan kesedihan tanpa mengenal ruang dan waktu. Apalagi Bangsa dan Tanah air yg demi tegaknya kedaulatan dan kewibawaannya, kita rela menyabung nyawa. Berkorban darah dan air mata. Tidak mudah memang......................Memang tidak mudah..................!!!

Sudah enam puluh lima tahun kita merdeka, tapi enam setengah dekade kemerdekaan yg diperjuangkan itu nyaris tak punya makna sekarang.
Bagaimana mungkin ada sebuah negara kecil yg kemerdekaannya adalah pemberian sang Imperialis penjajah, berani-beraninya mencaplok pulau-pulau kita yg tak terjaga dengan baik. Lalu mengklaim produk kebudayaan bangsa ini sejak ratusan tahun lalu sebagai milik mereka. Dan yg lebih baru lagi adalah dengan arogannya patroli polisi laut mereka menangkap pegawai dinas kelautan kita yg beroperasi dalam territorial Indonesia.

The dreams that will never die....................!!!

Seven Summits - Facts & Figures of the Seven Summits


Since Dick Bass reached the Everest in 1985 and became the first person to climb the highest peak on the seven continents, a controversy has erupted. In 1986, Patrick Morrow reached the summit of the Elbrus, and claimed that he was the first person to climb the Seven Summits, not Dick Bass. Dick Bass claimed that the Carstensz Pyramid in New Guinea, which he summitted years before, was the summit of the seventh continent known as Australasia or Oceania. This included New Zealand, New Guinea, and certain Pacific Island, along with Australia. If this is true, Carstensz Pyramid would be the summit of the seventh continent, not Kosciuszko.

There are several arguments that plea for the Kosciuszko or the Carstensz Pyramid to be the Seventh Summit:
  • If one defines the geographic zone that includes Australia, New Guinea, New Zealand and certain Pacific islands, as Australasia or Oceania, then Carstensz Pyramid is certainly the highest peak in Australasia.
  • If Australia on its own is a continent on itself, then most regard Kosciuszko as the highest peak, but there are other who consider mountain 2745 metres named as the Big Ben on a small stormy island Heard Island, deep in the Southern Ocean as the Seventh Summit.
  • As Carstensz Pyramid lies in the Western New Guinea, also known as Irian Jaya, it politically does not belong to Australia but to Indonesia. And Indonesia is part of Asia.
We will not take any side in this discussion here. From the above, one should be able to draw their own conclusions, and otherwise, why not do what most people do? Climb all the Eight Summits! In this section, we have listed the figures and facts from all the "Eight Summits".

Elbrus

Elbrus
  • Europe
  • 5642m / 18,150ft
  • Kabardino-Balkaria
  • Caucasus
  • First Ascent: 1874, Grove, Gardiner, Walker, Sottajev and Knubel.


Kosciuszko

Kosciuszko
  • Australia
  • 2228m / 7310ft
  • New South Wales
  • Snowy Mountains
  • First Ascent: 1840, Edmond, Strzelecki.


Carstensz Pyramid

Carstensz
  • Australasia
  • 4884m / 16,024ft
  • Irian Jaya
  • Sudirman Range
  • First Ascent: 1962, Harrer, Temple, Kippax and Huizenga.




Everest

Everest
  • Asia
  • 8848m / 29,028ft
  • Tibet/Nepal
  • Himalaya
  • First Ascent: 1953, Norgay and Hillary.




Kilimanjaro

Kilimanjaro
  • Africa
  • 5895m / 19,340ft
  • Tanzania
  • First Ascent: 1889, Purtscheller.




Vinson

Vinson
  • Antarctica
  • 4897m / 16,023ft
  • Sentinel Range
  • First Ascent: 1966, Corbet, Evans, Long and Schoening.





Aconcagua

Aconcagua
  • South America
  • 6960m / 22,834ft
  • Argentina
  • Andes
  • First Ascent: 1897, Zurbriggen.




McKinley

McKinley
  • North America
  • 6194m / 20,320ft
  • Alaska, USA
  • Alaska Range
  • First Ascent: 1913, Karstens, Harper, Tatum and Stuck


What you read are just overviews of each of the Seven Summits, or the way we treated it here, the Eight Summits. There are a lot more information available in this site. Feel free to visit them if you wish to know more about the Seven Summits.