MONTANI PARA LIBERI

MONTANI PARA LIBERI

For the Mountaineers............!!!

"Mountain are cathedrals: grand and pure, the houses of my religion. I go to them as humans go to worship. From their lofty summits, I view my past, dream of the future, and with unusual acuity I am allowed to experience the present moment. My strength renewed, my vision cleared, in the mountains I celebrate creation. On each journey I am reborn." (ANATOLI BOUKREEV @ Above the Clouds)

Monday 11 October 2010

CARSTENSZ-ONE YOYO........OOOO...........!!!

Latihan Alhamdullillah sudah berjalan dengan sukses. Walaupun tak jadi dilaksanakan di G.Gede. Karena sedang ditutup untuk pendakian. Jumat malam sehabis Maghrib, diiringi gerimis, kami semua (Ripto Mulyono sang coach, Agi, Dewe, Ali, Mujhab, Duti, Tata, Nopul, Samsul, Wawan, Andri, Gatot, Mamo, Dindi, Cindy dan aku sendiri) berangkat meninggalkan sekret Mapala. Adolf yang tak kunjung datang terpaksa ditinggal, Wening dan Jamal berencana menyusul tengah malam pakai motor. Tujuan adalah kaki G.Salak dengan entrance jalur Pasir Reungit. Tapi berhubung sudah waktu makan malam, maka Dindi selaku tante Bendahara menanyakan dimana mau makan malam ? dan diputuskan buat mencari makan disekitar Margonda Raya.

Setelah seluruh barang diloading ke mobil elf TV-ONE, dan semua personil dapat tempat yang nyaman, dua mobil TV-ONE, satu elf dan satu Suzuki APV melaju menuju jalan Margonda Raya. Di depan Fakultas Psikologi, APV yang ditumpangi Mul, Agi, Cindy, Tata dan Dindi tiba-tiba berhenti, ada apakah gerangan ??? Oo ternyata tante Bendahara ditemeni Tata mau ambil duit di ATM bank Mandiri. Kami kembali heading on to Margonda Raya begitu tante Bendahara kelar menyikat uang di ATM Mandiri. Dan menepi di warung ayam bakar "Chyntia" Margonda Raya buat makan malam.

Suasana warung menjadi ricuh seketika kala rombongan kami masuk dan mulai memesan makanan. Ayam bakar diputuskan jadi menu utama semua orang demi efisiensi waktu. Dindi, Cindy, Tata, Nopul, Dewe memesan mpek-mpek sebagai menu pembuka. Aku sendiri memilih sop buah yang kurasa lebih pas buat perut yang belum makan dibanding makanan kecil berbumbu pedas menusuk lambung dari Palembang itu. Kemeriahan susana makan malam bertambah karena di TV-ONE sedang ada liputan live pertandingan sepak bola antara Tim Nasional Uruguay melawan Tim Nasional Indonesia. Berbagai spekulasi soal hasil pertandingan mulai muncul di meja makan. Tak lama kemudian pesanan menu utama, ayam bakar plus nasi, sambel dan lalapan mendarat di meja kami. Keheningan menyungkup seketika, semua sibuk dengan piringnya masing-masing.

Beberapa saat kemudian Mul menerima telepon dari Adolf yang mengabarkan kalau doi nyasar di Pasar Minggu (kok bisa sih Cui ???) dan Mul menginstruksikan Adolf untuk secepatnya merapat ke warung ayam bakar "Chyntia". Sementara menunggu Adolf, seusai makan malam kita semua kembali terlibat dalam keriuhan menonton pertandingan sepak bola Uruguay versus Indonesia. Tak lama kemudian Adolf sampai dan diberi kesempatan buat menyantap jatah makan malamnya yang sudah tersedia di atas meja dalam box. Begitu doi kelar makan perjalanan menuju kaki G.Salak kembali dilanjutkan.

Di tengah jalan, di daerah sekitar Sawangan ada jalan yang ditutup sekelompok pemuda dengan alasan jalan baru diperbaiki dan hanya bisa dilewati satu jalur sehingga menyebabkan antrian. Aku langsung turun begitu menyadari ini hanya akal bulus kurang bertanggung jawab, dengan cepat aku menginterogasi para pemuda yang menutup jalan "Ada apa ? Kenapa ditutup jalannya ?", Pemuda yang memegang bendera menjawab "Maaf Pak, jalannya baru diperbaiki, jadi harus pakai satu jalur aja". Dengan gusar aku menjawab "Oke kalau begitu, tolong kamu kasi tau teman kamu yang diseberang, TUTUP sebentar yang mau lewat dari seberang. Rombongan saya ada janji dengan Komandan di Bogor tiga puluh menit lagi" aku berbicara tegas ala militer pada kelompok pemuda itu. "Baik Pak, baik Pak, sebentar Pak saya telepon dulu" kata pemuda yang memegang bendera. Lalu bergaya seolah-olah menerima telepon, aku mulai menempelkan satu telepon genggamku di telinga "Malam Bang, sudah di Sawangan Bang, ada jalan ditutup pemuda ini Bang, SIAP bang......SIAP !!!" kemudian kumasukkan kembali telepon genggamku kesaku celana sembari berujar pada pemuda yang memegang bendera "Ayo cepat kamu buka ini jalan, saya sudah ditunggu Komandan di Bogor !!!" dan tak lama kemudian kamipun melaju kembali dengan lancar.

No comments: